“Hey, merokok lagi? Katanya sudah berhenti,.. biar lebih sehat,” tegur seseorang. Cristy, sang perokok yang ditegur tadi hanya tersenyum.
“pinginnya sih begitu, tapi gak tahulah.. pikiranku buntu kalu ga merokok.” Tambahnya
Awalnya Untuk Pengobatan
Tak sedikit perokok yang mengalami kesulitan saat ingin berhenti. Mereka menghadapi dilema. Ingin berhenti karena sadar bahayanya tapi takut kehilangan manfaatnya.
Menurut sejarah, tembakau bahan dasar rokok memang digunakan sebagai obat. Christopher Columbus, penjelajah dan penemu benua Amerika, dalam jurnalnya mencatat bahwa tembakau digunakan pertama kali oleh penduduk asli Amerika selatan untuk pengobatan. Namun saat ini rokok berubah 180 derajat menjadi ‘musuh besar kesehatan’.
Itu sebuah perkembangan yang mungkin tak pernah terbayangkan. Masih banyak orang yang menganggap rokok adalah barang yang bermanfaat, coba saja Tanya para perokok. Mereka akan mengatakan bahwa merokok dapat melapangkan pikiran, menambah rasa percaya diri, mengurangi ketegangan dan depresi, menghilangkan rasa capek, bahkan melancarkan buang air besar !
Adanya Rekayasa Kimia
Soal manfaat ‘positif’ rokok bagi para perokok ini juga diakui dokter spesialis paru-paru. Dr. Pradjna Paramita, Sp. P.
“Banyak perokok yang merasa mendapat peningkatan konsentrasi, mood, kemampuan belajar, mengurangi stress dan lelah, serta memecahkan masalah saat menghisap sebatang rokok.” Kata paramita yang juga aktivis Yayasan Asma, Jakarta ini.
Namun nikotin – seperti halnya obat dopping pada umumnya – sebenarnya juga zat kimia beracun. Dosis 60 mgpada orang dewasa dapat menyebabkan kegagalan pernafasan.
Tapi pada rokok masalahnya bukanlah pada nikotin, karena dosisnya pasti dibuat seaman mungkin untuk sekedar menciptakan efek ketagihan.
DR. Jeffrey S. Wigand mantan Wakil Presiden Penelitian dan Pengembangan Brown & Willianson ( B & W ) Tobacco Corporation, AS. Mengatakan, “Saat ini komposisi rokok bukan lagi campuran antara tembakau dan cengkih - cengkih malah sudah hilang sama sekali – saja, melainkan ada semacam rekayasa kimia amonia yang ditingkatkan keasamannya.”
Ia melanjutkan, “Rekayasa ini membuat nikotin dalam tembakau jadi lebih cepat diserap oleh paru-paru, dan akhirnya akan berefek ke otak dan system syaraf.”
Presiden lembaga masyarakat smoke – Free Kids ini juga menukan efek penambahan cita rasa yang bisa membahayakan paru-paru, yaitu unsure gliserol. Bahan yang terbuat dari lemak hewani/nabati (rasanya manis) dan dicampurkan pada tembakau sebagai pelembab. Taopi bila dibakar, unsure kimiawi gliserol ternyata berubah menjadi acrolein (zat asam yang sangat tajam). Zat ini menurut American Council on Science and Health, dapat menyebabkan peradangan paru-paru yang memicu kanker paru.
Tak heran bila data statistic WHO – dipublikasikan 28 Mei 2002 – menyebutkan bahwa aktivitas merokok telah membunuh 1 dari 10 orang dewasa di dunia tiap tahun. Dan itu setara dengan 4 juta kematian perokok. Bahkan, jika trennya tidak berubah, tahun 2030 nanti akal (diperkirakan-red) akan menjemput 1 dari 6 perokok.
0 comments:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan komentar Anda